Rabu, 20 Juli 2011

Wanita Beda Zaman

DARI KAMAR DAN OMELAN : ANTARA DUA SISI WANITA BEDA MASA

Tulisan spesial bagi teman-teman seperjuangan : Para calon Ummi



Wiiih judulnya jeng... Hoho so ilmiah dan dramatis banget, padahal yang pengen saya ceritakan adalah hal wajar yang mungkin juga sering situ-situ alami, terutama untuk sister-sister semua. Padahal hal ini seriiiiing banget terjadi di kehidupan saya, tapi sekarang baru saja saya sampai ke tahap pemikiran ini, tentang besarnya pesan yang tersirat dari peristiwa musiman ini.

KAMAR SAYA
Permulaan cerita, kita awali dengan sebuah tempat, ruangan tepatnya, berbentuk segi empat, dengan cat kuning hijau dan perabotan ala mahasiswa kos-kosan. (hehe). Kamar saya, sebagai seorang calon Ummi, tentu di tuntut harus dalam kondisi yang enak dipandang dan pantas ditinggali. Hem... Saya bersyukur pada Allah SWT, saya dianugrahkan dengan penyakit kulit sensitif yang alergian sama debu dan konco-konconya. Sedikit saja ada, maka siaplah gatal-gatal serta kulit merah melanda dari ujung kaki hingga ujung rambut ini. Aduh....
Namun, yang saya ingin bahas bukan soal penyakit itu, tapi soal kembali lagi, sarang saya tercinta, kamar saya tempat apel bersama mas acer ini. Kebersihannya memang tak perlu dikhawatirkan lagi (dipaksa oleh alergi), tapi yang agak diriskankan adalah tata barang-barangnya. (hehe), kadang saya iri dengan orang yang perfectsionist, buku bergeser semili aja dari tempat yang seharusnya, maka dengan cepat syaraf menggeret tubuh dengan sugesti untuk membenahinya. Coba saya ? Bergeser sampai bawah kasur pun jarang-jarang ingat. (Jangan ditiru ya..)
Tapi ma’af aja, saya bukan orang yang slengean (cuma dikit kok), saya rapi bila waktunya memungkinkan. Tapi saya bisa saja jadi kapal pecah saat waktu memenjarakan. Tugas makalah berwarna-warni, PR itu-ini, Kajian di sana-sini, tuntutan kanan-kiri, amanah organisasi menjamuri hati, proposal ngana, surat ngitu, laporan sana-situ. Ya Allah, pasti pernah ada fase tersibuk, di mana bahkan kamar yang saya tempati cuma jadi wadah tidur, gak lebih. Bahkan waktu apel sama mas acer pun bisa saja terpotong. (cuit..cuit..)
Nah ini dia pangkal dari segala konflik yang terjadi !! Antara siapa ? Tentunya, antara saya dan Ummi tercinta (Hai hai). Pada saat saya khilaf dengan banjir bandang kesibukan, Ummi adalah orang yang mengingatkan saya pada fitrah akhir yang nanti saya akan ayomi. Ya jadi apa lagi ? Saya sering mengatakannya, menjadi seorang Ummi. (Ehm.. Ehm..). Namun inilah khas Ummi-Ummi ( Afwan buat para Ummi hehe), mengingatkan dengan style heroiknya beliau yaitu omelan dengan periodisasi yang tidak bisa di perkirakan. Limitnya tak terhingga (peace..), ditanggapi salah, gak ditanggapi salah.. Tapi intinya saya akui, emang kelalaian saya yang sekarang bikin semuanya serba salah.

OMELAN
Hayo.. jawab deh.. siapa diantara mereka yang lebih akrab dengan kata omelan ? Ayah atau Ibu ? Maka sesuai survei abstrak dari cerita teman-teman. Mama menempati posisi lebih tinggi dibandingkan Bapak dalam urusan keseringan mengomel. Betul ? Tapi, saya mau mengingatkan teman-teman sekalian.. Bersyukurlah bila memang Ummi-mu sering ngomel, karena ngomel adalah salah satu cara bagi wanita untuk menunjukkan kemarahan dan kekesalannya, atau juga ketidaksetujuannya atas sesuatu masalah atau kejadian. Dan kebanyakan wanita jadi marah dan kesal karena apa yang terjadi tidak sesuai pendapatnya, dan keseharusannya. Wanita hanya akan marah saat Ia ‘care’ dengan urusan yang sedang terjadi itu. Saat Ia peduli dan merasa ada yang perlu dibenarkan. Singkatnya kamu di omeli karena Ummi peduli, seseorang peduli karena memiliki ikatan emosional atas sesuatu, alias Ummi mengomelimu karena memang sayang padamu.. Mengingatkanmu kembali ke jalan yang benar karena sayang padamu. Tidak ingin anaknya terbenam dalam kekhilafan dan terlena, terus bikin futur (malas) deh...
Sedikit nambah bahasan aja, laki-laki dan wanita atau dalam konteks sekarang Abi dan Ummi punya caranya masing-masing yang berbeda dalam mengungkapkan kemarahan, kekesalan atau kegusaran mereka. Bila wanita, seperti yang di atas tadi dijelaskan, akan mengungkapkannya dengan cuap-cuap beruntun alias ngomel dengan periode yang cukup lama untuk menjadi ruang dengar telinga. Nah, beda lagi laki-laki, mereka cendrung marah saat apa yang menjadi ketersinggungannya sudah menumpuk-numpuk, lalu sampai dipuncaknya, dan meledak (model gunung berapi gitu). Biasanya kemarahan mereka lebih cepat meledak, dengan suara naik beberapa oktaf, mata melotot dan napas juga penekanan kata-kata terasa lebih menggetarkan (hehe), namun kemarahan ini setelah meledak sekali akan sirna seketika saat telah tenang, lalu selesai. Periode kemarahan itu ada pada ledakan yang tiba-tiba dan hilang dalam waktu yang jauh lebih cepat dari marahnya ala wanita.
Terus itu juga, laki-laki dan wanita punya perbedaan tersendiri saat Ia dibebani masalah yang menyita pikiran. Lelaki cendrung diam dan menenangkan dirinya, karena itu adalah caranya untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Tentu beda lagi, problem solver ala wanita lebih kompleks, wanita malah jarang yang mesti diam bila ada masalah yang jadi pikiran. Tapi Ia bakal cerita-cerita, berkata-kata, juga ngomel (sederhananya jadi lebih cerewet lah) bila sedang menyelesaikan masalahnya. Hai para lelaki mengertilah pada wanita, jangan asal ngejek cerewet aja yah.
Wah.. weleh..weleh.. Saya kok jadi ngalor ngidul ke sini, tapi saya mau menunjukkan aja, agar kita sebagai seorang manusia menjadi seseorang yang lebih harap maklum atas perbedaan itu. Juga husnudzan saat Ummi mulai dengan omelannya. (Hehe)

WANITA BEDA MASA
Memang mengakui, wanita kalau udah ngomel, alurnya kemana-mana. Awalnya dari kamar, timbulnya ke cucian, masakan sampai ngungkit-ngungkit zaman. Hehe.. kita ini emang unik ya sis ! Merasa gak sih, terutama bagi yang perempuan, sering saat Ummi tiba-tiba ngomel akhirnya ngungkit masa lalu beliau. Humm.. Coba Ummi dulu.. Kalo Ummi dulu.. Zaman Ummi tuh ya.. Pas Ummi umuran kamu ya... macam-macam pokoknya alurnya.
Biasanya bakal cerita (pengalaman pribadi nih..), tentang bedanya anak dulu dan sekarang. Dulu itu Ummi seumuran kamu udah pintar ke pasar sendiri, masak, ngelayanin orang tua. Dulu itu Ummi bisa ngejahit, cuci bersih pake tangan gak pake mesin, mandiri pokonya. Hum.. kadang emang namanya manusia yang disinggung ya yang baik-baiknya, hehe. Tapi jangan menutup diri pada nasihat Sis, ingat masa lalu itu cermin yang berguna Iho.. Karena di masa lalu norma-norma masih melekat kuat di antara masyarakat, kontrol masyarakat pun sangat hebat pada masa dulu atas penyimpangan yang terjadi pada norma, utamanya norma agama.
Orang-orang tua akan bilang zaman kita ini zaman edan, dan kita akan bilang bahwa zaman mereka adalah zaman kolot. Wah bergesekan dong.. Tapi, ini waktunya berdamai.. dengan saling mengerti dan mengakui kekurangan dan kelebihan masa dulu dan masa ini.

2 SISI MASA LALU
Zaman saya belum lahir, zaman Ummi umuran saya tuh.. hihihi. Gimana pun, di tempat manapun pasti akan ada dua sisi mata uang, antara baik dan buruknya sebuah masa. Di zaman lalu, masa nenek jadi mama dan mama jadi kita, belum ada globalisasi. SMS aja gak ada apalagi internet, paling banter telegram sama surat. Di zaman teknologi belum semerajalela sekarang.
Dapat diakui, di zaman itu, wanita pikirannya lebih terjaga, pergaulan yang jauh lebih dibatasi, karena kepedulian masyarakat terhadap aturan masih tinggi. Juga orientasi fitrah yang lebih jelas, wanita didikannya di rumah, pintar masalah rumah, profesional di dapur dan terampil mengurus anak. Tapi, ada juga kan sisi lainnya, yaitu sis kekurangannya. Yaitu, dulu karena kurang terbukannya informasi dan pengkajian, wanita hanya mengenal Islam dari sisi kulitnya saja, zaman dulu ngaji Qur’an terjemahan itu tabu, muslimah hanya mengenal Islam dari kata-kata Ustadznya. Tidak bisa mengkaji secara nyata dari sumbernya. Terus pendidikan yang tidak dipentingkan, padahal tak bisa dipungkiri, sekolah membuat pemikiran lebih maju, logika yang lebih jalan dan wawasan lebih luas. Padahal bukan hanya terampil fisik dan ahlaq dalam mendidik anak, tapi juga perlu Ummi yang bercakrawala luas dan wawasan yang hebat untuk membentuk khairu ummah yang sesungguhnya. Bukankah Ummi adalah madrasah dan perpustakaan pertama seorang anak.
Lalu, zaman lalu juga gerakan pemberdayaan muslimah masih dianggap aneh. Padahal gerakan itu perlu, untuk mempersatukan muslimah dan berupaya mendidik kaumnya,dalam berbagai aspek. Untuk membentuk muslimah yang kuat, berkarakter, dan tetap pada panggilan fitrahnya. Karena wanita adalah tonggak dari kelanjutan sebuah peradaban, juga peradaban agama kita, peradaban Islam.

2 SISI MASA KINI
Sekarang, jelas beda dengan dulu. Globalisasi sudah jadi virus paling berjangkit, kamu tinggal duduk di depan layar canggih, mengetik kata-kata dan enter ! Mas google memberikan jawaban beragam opini dan versi dari apa yang kamu pertanyakan. Kitab-kitab beredar luas, Al Qur’an terjemah bukan hal aneh. Wanita bebas mempelajari agamanya, kajian-kajian tersebar di mana-mana, gerakan pemberdayaan muslimah pun berkibar-kibar tanpa gentar untuk mencerdaskan kaumnya.
Wanita pun gak lucu lagi kalo udah sekolah, pada sarjana, master, doktor bahkan profesor. Cakrawala mendidik dan dididik serta label pendidik udah gak tabu disandang sama kaum Hawa. Pengetahuan gak terbatas dan memandang gender lagi, pokoke tinggal usaha kita aja untuk mendapatkannya.
Namun, tentu ada raport merah dibanding yang birunya, disaat masa ini wanita khususnya muslimah di beri kesempatan seluas-luasnya untuk mendekati agama dan Allah SWT. Muslimah pun di beri lowongan untuk menjauhkan dirinya jauh-jauh dari nilai-nilai agama. Mengumbar aurat, bahkan aurat itu menjadi komoditi pasar dan digaung-gaungkan atas nama kesetaraan gender, tontonan tidak mendidik, terlalu sibuk dalam karir sampai amnesia terhadap fitrahnya. Lupa bahwa Ia adalah tonggak penerus umat, dan dari darahnya generasi pembangun lahir.
Namun apa daya ? Bahkan menjadi Ummi sekarang adalah sangat ‘lucu’ untuk seorang wanita, menganggap itu menghalangi kewajaran hidup dan kesuksesan dunianya. Membentuk keluarga adalah penghalang dari sebuah kebebasan yang dapat Ia terima. Hubungan dengan komitmen pun jadi humor saat hubungan enak bergelimang dosa dapat dirasakan lalu diputuskan seenak hatinya. Hai..hai.. Benar kata orang tua soal zaman edan rupanya.

KESIMPULAN HABIS JALAN-JALAN
Dari kamar, omelan, lalu dua zaman, hehe maaf soal koneksi yang otak saya pikirkan, tapi itulah saya, berjaya saat aneh dalam segala keanehan. Tapi kesimpulan sederhana, mau kemana kita para muslimah ? Dua zaman itu memasung dan memberikan kita kesempatan untuk menuju dua jalan yang berbeda. Hidup itu pilihan.. So, itulah sedikit Ibrah yang dapat kita renungkan.
Saat kita sekarang sudah diberikan zaman kesempatan untuk membuka cakrawala dalam pemikiran dan kemerdekaan penyampaian pendapat, jangan pernah lupakan dan sepelekan fitrah dasarmu. ALLAH menciptakanmu dengan segala keistimewaan sebagai calon orang yang di telapak kakinya terletak indahnya surga, amanah besar sebagai madrasah dan perpustakaan pertama anak-anakmu, pewarna primer dari kertas putih yang di masa depannya bisa jadi apa saja.Jadi, segala apa yang kamu upayakan mulai saat ini, untuk tugas terhormat itu. Sebagai Ibu dari tonggak peradaban dan kemuliaan sebuah keluarga, negara, dan juga dunia. Jadi tetap semangat para calon Ummi, kamulah calon Ibu dari generasi yang siap merubah dunia ini. ALLAHU AKBAR !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar